KOMPAS.COM- Ongkos yang dikeluarkan untuk pemilihan umum harus diakui sangat besar. Dengan model pemilu tradisional struktur biaya operasional memang tak bisa dipangkas. Sesungguhnya teknologi dapat mengurangi risiko biaya yang besar tadi. Seperti yang dilakukan di Estonia. Negara republik yang mengusung demokrasi konstutisional ini sejak 10 tahun silam telah memberdayakan IT sebagai basis untuk melaksanakan pemilihan umum.
Dalam kurun empat tahun sejak digagas, proyek pemilu elektronik (electronic voting) itu segera diaplikasikan pada masa pemilu 2005. Sebanyak 9.317 pemilih, waktu itu, melakukan hak suaranya lewat internet. Jumlah ini memang sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total pemilih yang mencapai 1.059.292 orang di mana yang menggunakan haknya mencapai 502.504 orang alias hampir 50 persen menggunakan suaranya.
Dengan sistem yang rapi dan akurat, e-voting lalu menjadi dipercaya. Baik oleh pemilih maupun yang dipilih. Maka, dua tahun kemudian, ketika melangsungkan e-voting untuk parlemen (2007), para pemilih yang memanfaatkan internet pun meningkat berkali lipat. Tahun itu jumlahnya mencapai 30.275 penduduk. Dengan kata lain dari 30 penduduk yang punya hak, satu di antaranya telah menggunakan voting internet.
Serunya model pemilihan umum internet ini adalah pada cara memilihnya. Voting dunia maya dibuka sejak awal, selama empat hingga enam hari sebelum hari pemilihan. Artinya, pada masa tersebut pemilih bisa menjajal internet dan menentukan pilihannya beberapa kali. Mereka tentu saja masih diberi kesempatan untuk menilai apakah pilihannya memang seratus persen benar. Sampai akhirnya sampai pada menentukan calon pemimpin yang akan dihitung.
Tahun 2009, setelah melalui beberapa penyempurnaan, e-voting digelar lagi. Kali ini untuk menentukan presiden. Lagi-lagi warga mulai paham betapa lebih efisien dan efektifnya cara ini. Hasilnya, jumlah pemilih lewat internet naik jadi104.415 orang. Artinya 9,5 persen penduduk sudah melek cara e-voting dan tak ragu lagi.
Dari komputer lantas berkembang ke ponsel. Tempo hari, operator seluler Estonia, EMT telah merancang sebuah sistem mobile voting yang dapat dilakukan lewat ponsel. Layanannya tak hanya itu, konsumen alias penduduk dapat pula menyimak hasil pilihannya pada pemilu sebelumnya.
EMT mengembangkan apa yang disebut dengan mobile ID-service. Layanan ini memungkinkan untuk melakukan verifikasi KTP pengguna lewat internet, juga mendeteksi tanda tangan, yang akan menjadi bukti keabsahan setiap pemilih.
"Teknologi terus berkembang, ponsel kini dapat digunakan untuk memastikan sebuah tanda tangan pengguna dan menggantikan tanda tangan di atas kertas. Kami bangga mengenalkan layanan mobile untuk pemilu elektronik. Mobile ID juga dapat dipakai untuk layanan elektornik lainnya di Estonia," ujar Hakan Dahlstrom, Presiden Mobile Service operator itu.
Menteri urusan ekonomi dan komunikasi Estonia,Juhan Parts, bahkan menyambut gembira rencana ini. "Ini adalah langkah berikutnya untuk menciptakan pengembangan teknologi pro di negara kami," ujarnya.
Mobile ID di Estonia sendiri sudah dipakai untuk beberapa keperluan.Termasuk e-Banking dan e-Tax. Sekarang memasuki ranah pemilihan umum. Jadi penduduk Estonia bisa memilih presidennya dari kamar mandi. (ANDRA/FORSEL)