Baru-baru ini sebuah penelitian menunjukkan bagaimana sebuah tanaman dapat menyirami dirinya sendiri. Tanaman tersebut berjenis rhubarb ( sejenis tanaman yang dengan daun panjang dan memiliki bunga berwarna kemerah-merahan serta beracun) yang terdapat di padang gurun Nagev, di sekitar pegunungan di Israel.
Di sebuah tempat yang hanya memiliki curah hujan rata-rata 3 inchi (75mm) dalam setahun, setiap tetesan air menjadi bermakna. Demikian juga tanaman yang hidup di padang gurun telah berevolusi untuk tetap mempertahankan kadar air yang diperlukan untuk bertahan hidup.
Gambar Tanaman Tersebut :
Tanaman jenis rhubarb ini, dengan nama latin “Rheum Palaestinum” memiliki keunikan tersendiri, yakni daun-daunnya yang panjang dapat menyalurkan air ke akarnya sendiri.
Namun terbesit pertanyaan, bagaimana caranya?
Begini cara kerja/mekanisme “penyiraman diri sendiri” tersebut :
Dengan satu atau empat daunnya yang terbentuk sedemikian rupa dalam bentuk patahan mirip bunga mawar, jika dilihat dari jarak yang jauh, maka tanaman ini akan kelihatan seperti semacam sayur-sayuran hijau yang biasa. Namun jika dilihat dari dekat dapat terlihat bahwa tiap daunnya, yang memiliki ukuran sekitar 28 inchi (70 cm), memiliki goresan yang cukup dalam menuju ke daerah daun yang lebih rendah.
Begini cara kerja/mekanisme “penyiraman diri sendiri” tersebut :
Dengan satu atau empat daunnya yang terbentuk sedemikian rupa dalam bentuk patahan mirip bunga mawar, jika dilihat dari jarak yang jauh, maka tanaman ini akan kelihatan seperti semacam sayur-sayuran hijau yang biasa. Namun jika dilihat dari dekat dapat terlihat bahwa tiap daunnya, yang memiliki ukuran sekitar 28 inchi (70 cm), memiliki goresan yang cukup dalam menuju ke daerah daun yang lebih rendah.
Secara garis besar, fungsi dari daun-daun tanaman ini sama seperti layaknya permukaan pada sebuah bukit atau gunung, yang tentunya dalam skala yang kecil. Sama halnya dengan pegunungan atau lembah yang mengalirkan air ke sungai, daun dari tanaman ini mengalirkan air hujan tepat ke arah permukaan tanah di sekitar akar dari tanaman ini menggunakan goresan tersebut.
Uniknya, daun-daun pada tanaman ini juga dilapisi oleh wax (sejenis lilin), yang berfungsi untuk melicinkan dan kemudian mengalirkan dengan cepat air yang mengalir ke arah goresan yang terdapat pada daun dan kemudian mengalir ke akarnya. Kebanyakan tanaman jenis lainnya yang hidup di sekitar tanaman ini hanya bertahan dari air hujan yang turun secara langsung ke arah permukaan tanah di sekitarnya.
Simcha Lev-Yadun dan koleganya dari University of Haifa-Oranim di Israel menemukan fenomena ini di lapangan. Setelah menjalankan eksperimen di laboratorium dan melakukan analisa terhadap pertumbuhan tanaman ini, para peneliti menemukan bahwa tanaman ini dapat “memungut” sejumlah air dengan jumlah yang sama dengan tanaman yang tumbuh di sekitar laut tengah (Mediterranean), yang memiliki curah hujan mencapai 17 inchi (426 mm) per tahunnya.