INILAH.COM, Jakarta – Fruktosa hampir bisa ditemukan di segala makanan dan disebut-sebut sebagai epidemik obesitas yang tumbuh di Amerika Serikat (AS). Seperti apa?
Berat rata-rata dewasa AS meningkat bersamaan dengan dimulainya penggunaan sirup jagung tinggi fruktosa menggantikan gula biasa dalam makanan olahan. Namun alasan fruktosa membuat Anda makin gemuk masih menjadi misteri, hingga sekarang.
“Apa yang kami temukan adalah, respon otak pada fruktosa sangatlah berbeda dengan respon terhadap glukosa,” kata penulis studi yang diterbitkan di edisi online jurnal Diabetes, Obesity, and Metabolism, Jonathan Purnell.
Singkatnya, respon otak pada fruktosa jauh lebih mungkin mempromosikan berat badan. Purnell dan rekan melakukan pindai MRI fungsional pada subyek otak studi setelah memberinya infus fruktosa, glukosa dan garam.
Sementara glukosa menyebabkan bagian otak terkait rasa makanan dan bau bersinar menunjukkan aktivitasnya, fruktosa memiliki efek berlawanan, yakni mengurangi aktivitas di daerah-daerah kortikal otak.
Para peneliti menyimpulkan, respon berlawanan otak membuat kedua gula mengungkap ketidakmampuannya dalam menaksir efek fruktosa atau mengatur pengambilannya.
Singkatnya, otak bingung tak tahu kapan memberitahu perut Anda sudah merasa cukup. [mor]